Jumat, 16 Desember 2016

Pekerjaan Tiang Pancang Di Sekitar Area Bangunan Eksisting

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mencoba berbagi pengalaman mengenai cara pelaksanaan pekerjaan tiang pancang di sekitar bangunan eksisting. Pekerjaan tiang pancang di sekitar area bangunan eksisting mempunyai perbedaan dengan pekerjaan tiang pancang pada area baru (free land).

Pekerjaan tiang pancang di sekitar area bangunan eksisting terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dikaji terlebih dulu mengenai efek yang mungkin dapat terjadi pada bangunan sekitarnya akibat pengaruh dari pekerjaan tiang pancang tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
  • Tipe bangunan eksisting di sekitar lokasi pekerjaan
  • Ketahanan struktur dari bangunan eksisting di sekitar lokasi pekerjaan
  • Jenis aktivitas eksisting yang ada di sekitar lokasi pekerjaan
  • Kondisi tanah di lokasi pekerjaan
Hal-hal tersebut diatas sangat penting untuk dikaji terlebih dahulu sebelum pelaksanaan pekerjaan tiang pancang dimulai. Kajian-kajian tersebut akan diperlukan untuk dapat menentukan jenis tiang pancang yang sesuai untuk digunakan dan menentukan alat pancang apa yang sebaiknya digunakan untuk dapat menghindari pengaruh-pengaruh buruk yang diakibatkan dari pekerjaan tiang pancang yang dilaksanakan.

Untuk melaksanakan pekerjaan tiang pancang di area sekitar bangunan eksisting banyak direkomendasikan menggunakan alat pancang hydraulic static driven pile (HSDP).

Hydraulic Static Driven Pile (HSDP)

Alat pancang jenis ini dapat digunakan untuk tiang pancang beton (Concrete Pile) maupun tiang pancang baja (Steel Pipe Pile). Alat pancang HSDP ini direkomendasikan untuk digunakan khususnya pada lokasi pekerjaan di area sekitar bangunan eksisting, keuntungan dari alat pancang HSDP ini adalah tidak memberikan efek getaran seperti alat pancang lainnya yang dapat mempengaruhi keutuhan struktur bangunan di sekitarnya. Namun sebelum menentukan untuk menggunakan alat tipe HSDP ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan terlebih dulu agar proses pekerjaan pemancangan dapat dilakukan dengan lancar dan sesuai dengan kualitas pekerjaan yang telah ditentukan, khususnya agar hasil pekerjaan pemancangan dapat sesuai dengan desain tiang pancang (pondasi dalam) yang telah ditetapkan secara fungsinya terhadap ketahanan struktural menahan bangunan diatasnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Kondisi konfigurasi tanah, perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap konfigurasi tanah, dapat diketahui dari data hasil soil investigation menggunakan data uji SPT maupun CPT. Hal ini dimaksudkan untuk dapat diperkirakan mengenai kapasitas alat yang diperlukan untuk dapat memancangkan tiang hingga kedalaman yang telah ditetapkan. Dapat diketahui/diperkirakan dengan analisa perhitungan.
  2. Daya dukung tiang rencana, perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap pemenuhan kebutuhan desain. Dalam hal ini dapat diperhitungkan apakah kapasitas alat dapat mampu memancangkan tiang hingga mendapatkan daya dukung ujung tiang (final set) atau mampu memancangkan tiang hingga kedalaman rencana (final depth) yang di syaratkan didalam desain maupun gambar kerja.
  3. Kapasitas Tekan Ijin Tiang (Allowable Compression of Pile), Setiap jenis/tipe tiang pancang mempunyai batas kapasitas tekan yang diijinkan maka hal ini perlu & penting untuk dilakukan peninjauan ulang untuk dapat memastikan bahwa tiang akan mampu menahan beban tekan yang diberikan oleh alat pancang jenis HSDP ini. Hal ini berhubungan dengan ke-2 hal tersebut diatas agar pekerjaan pemancangan tiang pancang dapat berjalan dengan lancar dan mempunyai kuaitas yang baik. Apabila daya tekan alat melebihi dari kapasitas tekan ijin tiang atau bahkan kapasitas tekan maksimum tiang maka sangat berpotensi tiang akan mengalami kerusakan seperti tiang akan retak bahkan pecah.

 Ujung tiang pancang retak (crack) akibat over compression
 
Hal-hal tersebut diatas sangatlah penting untuk diperhatikan guna menghindari kendala-kendala yang dapat menyebabkan waktu pelaksanaan pekerjaan (proyek) menjadi terlambat serta untuk dapat memastikan kualitas hasil pekerjaan dapat memenuhi kebutuhan desain dan dokumen kontrak.

Demikian yang dapat penulis sampaikan terkait pekerjaan tiang pancang di sekitar area bangunan eksisting, semoga dapat bermanfaat khususnya untuk penulis pribadi dan umumnya untuk seluruh pembaca. Wassalam

Kamis, 15 Desember 2016

METODE PERBAIKAN TIANG PANCANG BETON

Tiang pancang merupakan salah satu jenis pondasi dalam yang sangat populer saat ini, dimana material ini sudah dengan mudah dapat didapatkan tanpa harus bersusah payah memproduksi sendiri di site proyek karena sudah banyak juga perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi tiang pancang ini khususnya di Indonesia.

Tiang pancang dapat dengan mudah di beli dari perusahan produsen tiang pancang, hal ini menyebabkan adanya proses delivery material karena proses produksi tiang pancang berlangsung di pabrik perusahaan produsen tiang pancang tersebut. proses delivery material itu sendiri dapat menggunakan jalur darat, jalur laut maupun kombinasi dari keduanya.

Pada proses delivery material inilah yang salah satunya dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan minor/ringan pada badan tiang pancang, hal ini diakibatkan adanya proses handling material seperti loading dan unloading material, penumpukan atau penyusunan material selama transportasi, pengaruh guncangan kondis perjalanan dan lain sebagainya.

Pada kesempatan ini penulis akan mencoba membagikan pengetahuannya dalam hal meode perbaikan tiang pancang khususnya untuk kerusakan-kerusakan minor/ringan. contohnya :
1. Terdapat retak ringan yang tidak cukup dalam
2. Terdapat sompel-sompel pada badan tiang pancang.
3. Terdapat lubang-lubang yang belum sempurna tertutupi oleh pihak produsen.


 Sompel pada badan tiang pancang

Metode Perbaikan :
1. Material
  • Sikadur 731 (komponen A + B) atau yang setara.
  • Bonding Agent (bahan perekat antara beton lama dengan beton baru), dapat digunakan Sikalatex.
  • Semen portland dan semen putih
2. Peralatan
  • Gerinda/chipping tools
  • Palu
  • Sikat Kawat
  • Sendok semen dan pisau dempul
  • Kuas
3. Prosedur Perbaikan
  • Gerinda bagian badan tiang yang mengalami retak ringan atau chipping bagian badan tiang yang sompel/kropos/terkelupas.
  • Bersihkan dan kasarkan permukaan beton lama dengan menggunakan sikat kawat.
  • Oleskan bonding agent pada permukaan beton lama secara merata menggunakan kuas.
  • Isi badan tiang yang telah di gerinda/chipping dengan Sikadur 731 yang sudah tercampur (A+B) sampai penuh menggunakan sendok semen.
  • Tunggu sampai Sikadur 731 mengeras dan kering total.
  • Lakukan finishing dengan melapisi permukaan dengan acian dari semen portland + semen putih menggunakan pisau dempul.
Demikianlah cara memperbaiki badan tiang pancang beton yang mengalami kerusakan minor/ringan agar dapat tetap digunakan. Kriteria material dapat diterima atau tidaknya khususnya untuk material tiang pancang beton yang terdapat kerusakan-kerusakan minor/ringan tergantung dari aturan kontrak, vendor maupun dari pemberi kerja. Selama ada rekomendasi dari pihak produsen yang dapat menjamin mutu material yg diperbaiki tersebut tetap memenuhi atau dari pihak konsultan pengawas maka hal tersebut dapat dilakukan.

Penulis : M. Nasrulloh Haris., ST (Civil Engineer)

Pengelolaan Material dan Peralatan Proyek Konstruksi

Pengelolaan Material dan Peralatan di lapangan mempunyai peran yang cukup penting dalam pengendalian kualitas pekerjaan pada suatu proyek. Seorang pengawas wajib memperhatikan Pengelolaan, penyimpanan, persiapan pemasangan material dan peralatan di lapangan.
Pemahaman terhadap pengelolaan material harus diawali dari Supervisi sejak material di fabrikasi sampai dikirim dan disimpan di Lapangan, sebelum dilakukan pemasangan dalam tahap konstruksi.
Supervisi Konstruksi pengelolaan material / Peralatan harus dilakukan sejak awal pelaksanaan kontrak pekerjaan segera setelah dilakukan Kick off Meeting dan diuraikan sebagai berikut :
1. Supervisi penunjukan Forwarder
2. Supervisi proses fabrikasi di Manufacture
3. Supervisi Pengelolaan di Pelabuhan
4. Supervisi Pengeloaan Material / Peralatan selama Transportasi dari Pelabuhan ke Lapangan
5. Supervisi Pengelolaan/ penyimpanan Material / Peralatan di Lapangan.
Supervisor harus dapat memahami, proses / prosedur pengelolaan Material/peralatan yang harus dilakukan oleh Kontraktor dan diawasi sesuai denganketentuan kontrak yang berlaku. Pengawas di lapangan tidak hanya harus menunggu material / Peralatan diterima di Lapangan, akan tetapi harus dapat memastikan bahwa pelaksanaan handling sejak di Manufacturer dilakukan sesuai prosedur dan memenuhi ketentuan kontrak. Walaupun Pengawas tidak melakukan pengawasan secara langsung diluar Lapangan, namun harus mampu meneliti dan memastikan pengelolaan pengangkutan, penyimpanan material / peralatan dilakukan dengan baik melalui berbagai cara antara lain dari : dokumen yang disetujui oleh Pemberi kerja maupun peninjauan langsung dari pengangkatan dan pengangkutan di pelabuhan sampai tiba dan disimpan di lapangan dengan baik, sesuai ketentuan kontrak dan prosedur yang disetujui oleh Pemberi Kerja (Owner).

Narasumber : HOSE - Sulistijono